Cerpen :Gubuk Tua Pengingat Duka

 

Oleh: Putri Rahmawati Smansa Simba

 

Dibawah gubuk sederhana, ditemani suara bising jangkrik yang bersuara nakal juga burung-burung lucu, seorang gadis duduk bersantai di papan gubuk.tangannya tak henti membuat sambungan-sambungan titik diatas kertas tempat bercerita.Saat membuka lembaran sebelumnya, lembaran dimana dirinya bercerita tentang proses pencapaian puncak bahagianya saat ini.

 

“Ibu, ayah lihatlah,aku diberikan sesuatu yang spesial oleh sekolah ku”ucapku penuh bahagia memanggil kedua orangtua ku saat itu.

 

“Iya nak, tetapi apa”jawab serentak ayah ibundaku sembari berjalan menuju kearahku.

 

“Coba,bukalah bu, yah”ucapnya lagi senyum sendiri.

 

“Masyaallah nak, ini seriusan untuk mu”tanya ayah.

 

“Iya, aku serius ayah, ibu mana mungkin aku bohong”jawabku dengan jujur.

 

“Alhamdulillah nak, tetapi ingat jagalah pemberian sekolah mu ini ya jangan sampai ilang”ucap ibunda menasehati Namira putrinya.

 

“Siap bu”jawabnya.

 

Seperti itulah ia bercerita tentang kebahagiaan nya kepada kedua orangtua nya namun waktu terus berjalan belum lama ia merasakan kebahagiaan yang ia dapatkan dengan jerih payah namun duka tiba-tiba menghampirinya saat ia disekolah. Dia lihat mencarinya kesana kemari namun tak dapat juga entah dimana.

 

“Ya allah, dimana benda pemberian dari sekolah ku,perasaan tadi aku tarok disini deh tapi kok tidak ada ya?sudah kucari kesana kemari namun juga tak ada”ucapnya bersedih sembari gelisa takut hadiah tersebut hilang tak kembali.

 

Ia terus saja berlari kesana kemari mencari benda pemberian sekolah nya itu bolak balik dan belum juga ketemu ia semakin panik pada masanya ia pergi keruang kepsek untuk menceritakan segalanya air matanya terus saja mengalir tak henti-hentinya.

 

“Asalamualaikum pak”ucapnya diruangan itu menangis panik tanpa bercerita lebih dahulu apa masalahnya.

 

“Waalaikumsalam wr wb nak, kamu kenapa menangis nak?”tanya pak guru Nendra diruangan itu.

 

“Itu pak,barang pemberian dari sekolah waktu itu hilang ditas pak ,waktu aku tinggal sebentar pak”ucapnya terus menangis diruangan itu tak kuasa menahan semuanya.

 

“Hilang dimana,dan mengapa bisa hilang, coba ceritakan lebih jelas lagi pelan -pelan saja dan coba tenanglah”tanya pak guru sambil berusaha menenangkan muridnya itu.

 

Namira pun mulai menceritakan segalanya diruangan itu kepada gurunya dan air matanya terus saja mengalir tak hentinya para gurupun mulai membantu mencari benda pemberian itu memeriksa setiap kelas dan mengumpulkan semua siswa dilapangan namun benda itu tak dapat hingga pada masanya ia terus saja merenung beberapa minggu lamanya memikirkan benda pemberian itu yang belum juga dapat dan waktupun terus berjalan cepat ia mulai mengikhlaskan benda itu melupakannya  untuk selamanya.

 

Digubuk tua itulah ia tiba-tiba kembali mengingat duka mendalamnya yang matanya terpejam sejenak sembari mengingatnya. Dirinya terhenti, membaca bait-demi bait yang tergores di sana.

Suasana hening membuatnya tak sadar air mata mulai menetes dari pelupuknya, membanjiri pipi mulus nan manis Namira hingga ia kembali membuka matanya itu lalu mengubur semua duka yang telah dirasakan nya dan membuka lembaran cerita hidup yang baru.

 

Tamat

Simpang Rimba senin 1 januari 2024.

 

Pos terkait