Palembang. Berita Suara Rakyat. Com
Dimana untuk wilayah Indonesia bahkan dunia akan menghadapi dan mengalami yang namanya cuaca Elnino atau kemarau, termasuk diwilayah Sumatera Selatan (Sumsel) akan mengalami juga cuaca Elnino tersebut, dimana itu berdasarkan informasi yang diberitahukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) provinsi Sumsel.
Dimana cuaca Elnino ini sendiri diperkirakan akan terjadi pada bulan Agustus, September, dan Oktober, dimana untuk wilayah Sumsel dengan adanya cuaca Elnino itu sendiri tidak terlalu berdampak signifikan untuk disektor pertanian, demikian diutarakan oleh Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) provinsi Sumsel HR Bambang Pramono saat dibincangi diruang kerjanya.
Dikatakan Kepala Dinas Pertanian, dan TPH Provinsi Sumsel HR Bambang Pramono, dimana Kementerian Pertanian Republik Indonesia (RI) di tanggal 22 Mei 2023 itu mengajak mengundang rapat 9 provinsi dan 15 kabupaten/kota Menteri Pertanian RI langsung yang memimpin.
Didalam arahan rapat Menteri tersebut, bahwa akan ada kemarau panjang yang berpengaruh terhadap pengurangan produksi, sehingga kabupaten/kota dan provinsi bersiap mengantisipasi itu.
“Setelah tanggal 22 Mei 2023 itu, maka tanggal 28 Mei 2023 Gubernur Sumsel H Herman Deru membalas surat hasil tindak lanjut rapat zoom tersebut,” ujarnya.
Kemudian, pada intinya bahwa provinsi Sumsel siap untuk menghadapi Elnino dengan menggerakkan lahan-lahan rawa yang memang pada saat musim kemarau seperti Elnino ini punya potensi tanam lebih tinggi dibanding dengan musim normal.
Sehingga lahan-lahan yang semula itu tergenang, itu dia akan menjadi surut airnya dan bisa ditanami, sehingga provinsi Sumsel menjadi salah satu tujuan daripada Kementerian Pertanian untuk meningkatkan produksi di musim Elnino ini diluar Jawa adalah satu-satunya diharapkan adalah provinsi Sumsel.
“Jadi memang Dinas Pertanian, dan TPH Provinsi Sumsel harus memanfaatkan momentum ini, karena dari ramalan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada bulan Agustus dan September 2023 itu memang sudah mulai curah hujan semakin sedikit,” ungkapnya.
Dilanjutkannya, dengan kondisi lahan lebak-lebak juga sudah semakin surut, sehingga potensi tanam harus kita kebut untuk di bulan-bulan Agustus, September, bahkan sampai Oktober 2023. Jadi untuk provinsi Sumsel seperti kita ketahui bahwa ditahun 2022 kemarin surplusnya 780 ribu ton beras.
Artinya provinsi Sumsel menyumbang lebih besar keluar daripada Sumsel daripada kebutuhan konsumsi berasnya untuk penduduknya hampir 9 juta. Dengan adanya momentum ini, tentu saja kita berharap produksi provinsi Sumsel semakin meningkat, karena ada luas tanam, dan luas panen yang harus meningkat.
“Diharapkan tahun 2023 ini seperti harapan Menteri Pertanian RI pada saat kunjungi pada tanggal 17 Juli 2023 kemarin ke Provinsi Sumsel pada saat rapat Elnino di Griya Agung, beliau mengharapkan Sumsel mampu surplus sampai 1 juta ton beras,” katanya.
Masih dilanjutkannya, ini jadi tantangan bagi kita, dan insya Allah Gubernur Sumsel H Herman Deru menyambut baik dengan itu, sehingga Gubernur Sumsel membuatkan Surat Keputusan Satuan Tugas (SK Satgas) Elnino untuk Sumsel yang isinya adalah pihak Kodam, Polri, dan seluruh komponen untuk dapat memanfaatkan momentum Elnino menjadi momentum meningkatkan produksi dan produktifitas di provinsi Sumsel untuk kontribusi nasional.
Kalau untuk Sumsel dari 470 ribu hektar itu, dimana 72,9 persen hampir 73 persen seluas 340 ribu hektar itu kan lahan rawa. Dimana untuk lahan rawa ini yang paling besar itu adalah di kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Banyuasin, Musi Banyuasin (Muba), Ogan Ilir (OI) yang memang punya lahan lebak yang sangat luas sampai ratusan ribu hektar, termasuk Ogan Komering Ulu (OKU) Timur.
“Untuk Elnino musim kemarau yang curah hujannya rendah prediksi MKG Palembang provinsi Sumsel itu bulan-bulan Agustus, September ini curah hujannya sudah dibawah 55 milimeter perhari yang normalnya 155 milimeter perhari,” ucapnya.
Masih diungkapkannya, dimana yang akan terdampak yang pasti lahan bahan irigasi teknis, seperti lahan irigasi teknis di OKU Timur, ini harus dilakukan diantisipasi. Lahan kering harus kita siapkan pompa dan sebagainya, ini sudah kita gerakkan antisipasinya Elnino untuk lahan tadah hujan dan lahan irigasi dan momentum Elnino ini kita dorong lebak itu bisa melakukan penanaman.
Makanya Gubernur Sumsel menyiapkan SK itu, jadi SK itu adalah SK Satgas antisipasi Elnino dan krisis pangan di provinsi Sumsel. Jadi semua komponen OPD yang ada diprovinsi Sumsel bahu membahu dan bekerjasama sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing.
“Kita kerjasama dengan Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA), Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera (BBWS) mana yang lahan sungai airnya turun, mana lahan-lahan kering yang potensi untuk bisa ditanami,” imbuhnya.
Masih disampaikannya, selain itu juga mana lahan-lahan rawa pasang surut dan lebak yang bisa ditanam untuk menambah produksi dan produktifitas provinsi Sumsel. Insya Allah dampaknya positif untuk provinsi Sumsel untuk Indonesia akan adanya peningkatan produksi malah dengan 3 Jawa yang semakin turun.
Kita tahu ada dibeberapa daerah yang kekurangan air, karena curah hujan yang semakin sedikit, insya Allah provinsi Sumsel memanfaatkan momentum ini untuk bisa meningkatkan produksi dan produktivitas kita berdoa demikian. Malah kita jadikan momentum meningkatkan produksi kalau untuk provinsi Sumsel dengan adanya Elnino.
“Dimana yang perlu diwaspadai adalah kebakaran hutan, makanya team Satgasnya Gubernur Sumsel itu juga melibatkan Kodam, Kehutanan, dan Kepolisian untuk antisipasi memanfaatkan lahan rawa yang bisa ditanami dan menekan seminimal mungkin adanya hotspot atau kebakaran hutan,” bebernya.
Begitu juga menurut Asisten II Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Sumsel Ir Darma Budhy, S.T.,M.T, dimana kami melakukan rapat antisipasi Elnino atas laporan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), bahwa Elnino akan terjadi mulai bulan Agustus sampai Oktober 2023 ini.
Akibat Elnino terjadi pengurangan curah hujan, dimana curah hujan itu dibawah normal istilah mereka, akibat itu akan terjadi diprediksi kemarau.
“Akibat dari kemarau pasti akan mengurangi produksi pertanian, dimana contohnya tadi kita ambil permasalahan di Musi Banyuasin Karang Tengah,” jelasnya.
Ditambahkannya, berdasarkan prediksi akan berkurang produksi pertanian 50 persen, dan mereka berganti ke tanaman keras, seperti jagung dan lain-lain. Berdasarkan laporan tadi dari Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Holtikultura (TPH) provinsi Sumsel, ada beberapa lokasi pertanian yang mengalami kekeringan.
Dimana masyarakat atau para petani biasanya beralih ke pertanian Lebak, pada intinya apa yang dipaparkan oleh BMKG Sumsel tadi kita harus mengantisipasinya.
“Karena prediksi dari BMKG tadi di bulan Agustus ini sudah 86 persen wilayah Sumsel ini akan berada didalam kondisi curah hujan dibawah normal,” tegasnya. (Anton)