Palembang. Berita Suara Rakyat. Com
Mungkin sebagian orang atau masyarakat yang berada di luar sana banyak yang belum mengetahui bahwa apa saja prorgam kerja, terus tugas, pokok, dan fungsi dari Dinas Kelautan dan Perikanan itu apa saja. Ternyata banyak program kerja apa saja yang ada di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) yang kantornya berada di jalan G A Gubernur Bastari, Jakabaring Palembang ini.
Di mana kita dalam hal pengentasan kemiskinan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumsel sangat berperan, karena kalau sektor lain itu utamanya Pertanian kan harus masyarakat itu atau petaninya harus ada lahannya, lahannya harus jelas, sawah misalnya.
Kalau kebun, misalnya tidak bisa kalau lahannya sempit menghasilkan, kalau perikanan di mana orang itu tidak harus punya lahan yang luas, lahan kecil saja sudah bisa buat kolam, demikian diutarakan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumsel Aries Irwan Wahyu, S,STP.,M,Si.
Dikatakan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumsel Aries Irwan Wahyu, S,STP.,M,Si. tidak ada lahan bisa pakai bak, bisa pakai drum, bisa pakai ember, bisa menghasilkan uang kalau perikanan, sehingga dalam program pengentasan perikanan itu paling terdepan seharusnya, dan paling di handal kan.
Sebagai contoh program Gubernur Sumsel kemarin yakni “Gerakan Sumsel Mandri Pangan” paling mudah, di mana kita kasih bibit, dan sebagainya ada kolamnya, yang tidak ada kita kasih ember, pokoknya orang itu kita bantu.
“Apalagi waktu itu masa pandemi covid-19 kemarin, di mana orang itu harus menghasilkan, jadi kita kasih bantuan benih lele dan ember, kalau dengan ember, jadi produksinya bukan untuk dijual tapi untuk dikonsumsi sendiri,” ujarnya.
Kemudian, jadi masalah miskin itu tidak perlu beli lagi, cukup pelihara sendiri dan dimakan sendiri, belum lagi kalau program-program stunting kita ya itu tadi, kita ada “kampung patin”, di mana “kampung patin” mulai dari proses dihulunya sampai ke hilirnya ada di sana, yakni ada di kecamatan tersebut.
Jadi proses hulunya itu yakni koperasinya ada, penyuluhnya ada, permodalannya ada, dan sebagainya, bahkan teknologinya pun sudah dikuasai dan sebagainya, selain itu juga pemasarannya pun ada juga di sana. Bukan hanya itu saja produksi Ikan Patin kita tertinggi, sedangkan ikan lele kita berada di kota Prabumulih dan Palembang.
“Kemudian selain itu akan menyusul lagi “Kampung Patin” di kabupaten Banyuasin, dan “Kampung Nila” berada di kabupaten Musi Rawas. Di mana ada yang namanya Ikan Patin Sungai, dan Ikan Patin Budidaya, untuk di “Kampung Patin” itu sendiri jenisnya adalah Ikan Patin Budidaya yang warna merah itu,” ungkapnya.
Dilanjutkannya, kalau untuk jenis ikannya sendiri dengan berat antara 1,5 kilogram sampai 1 kilogram, tergantung kalau untuk lokal bisa 1,5 kilogram, sedangkan untuk fillet sampai tergantung daripada permintaan. Kalau untuk di kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur setiap hari bisa 50 ton setiap malam keluar dari sana.
Kalau dikirim ke lokal yakni ke kota Palembang, yakni ke pasar-pasar lokal, sedangkan yang dibuat fillet itu dikirim ke luar, yakni kalau dahulu Lampung dan Bekasi, dimana sehari bisa lebih dari 50 ton itu khusus untuk OKU Timur.
“Di mana tidak ada kesulitan untuk pemeliharaannya, sudah teknologi sudah di kuasai, teknologi sudah dikuasai sekali, dan sekarang ini kesulitannya adalah pasarnya, di mana untuk pasarnya belum maksimal,” katanya.
Masih dilanjutkannya, jadi cuma mengandalkan pasar lokal utamanya kan, sama permintaan yang fillet, tapi belum banyak sekali, jadi yang kendalanya itu bukan memeliharanya, tapi yang pemasarannya yang terkendala, semakin banyak permintaan bisa diciptakan lagi. Dan bukan hanya itu saja, untuk bibit juga bisa, dan sama saja bisa diciptakan lagi, bibitnya juga ada dari luar.
Tapi sekarang kebanyakan dari daerah Sumsel sendiri, yakni pemeliharaan rakyat, hampir di setiap kabupaten/kota juga ada. Sedangkan untuk lele itu sendiri berada di kota Palembang dan Prabumulih, di mana lele itu rata-rata untuk yang dikonsumsi, yang dijual di warung-warung makan, yakni di warung makan pecel lele.
“Kalau untuk ikan laut yang dijual di kota Palembang ini sendiri dari luar, tapi kalau seperti ikan sungai itu berasal dari beberapa kabupaten, seperti yang dijual dipasar induk, dan kalau untuk kebutuhan kota Palembang tidak bisa terpenuhi kalau hanya mengandalkan kota Palembang,” ucapnya.
Masih disampaikannya, makanya sekarang kita juga sedang menggalakkan budidaya ikan gabus di beberapa daerah, di mana selama ini kita hanya mengandalkan ketetapan alam, dan itu tidak mungkin dan tidak akan terpenuhi. Makanya sekarang sudah mulai dibudidayakan, tapi masih kurang juga untuk yang dihasilkan, apalagi saat ini ikan gabus sudah dibuat untuk vitamin maka bertambah susah untuk didapatkan.
Tapi ini sedang digerakkan untuk pembenihan sudah mulai dikuasai, dan sudah banyak saat ini, khusus untuk ikan gabus masih kurang, karena ini baru kita kembangkan di provinsi Sumsel, dan mungkin bisa dikatakan sedikit terlambat kita melakukannya.
“Terkait dengan menabur benih bibit ikan disungai itu pasti ada dampaknya, di mana untuk jumlah sungai di kita ini sendiri sudah semakin sedikit, kalau tidak ada penaburan benih bibit ikan disungai maka ikan tambah tidak ada, di mana sudah berjuta-juta kita sebar di sungai,” bebernya. (Anton)