Palembang. Berita Suara Rakyat. Com
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Selatan (Sumsel) dalam hal ini Penjabat Gubernur Sumsel Elen Setiadi, S.H., MSE dengan didampingi Asisten II Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Sumsel Ir Basyaruddin Akhmad, M.Sc dan juga bersama Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Sumsel menerima Pengurus Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Provinsi Sumsel yang langsung dipimpin oleh Ketua KADIN Sumsel H Affandi Udji dalam rangka silaturahmi.
Dikatakan Ketua KADIN Provinsi Sumsel H Affandi udji, di mana pada bulan Mei 2024 yang lalu kita sudah launching Kopi Sumsel, jadi tahapannya itu biar terus menggema Kopi Sumsel ini, kita dapat inisiasi dari Penjabat Gubernur Sumsel sebelumnya yakni Dr Drs H A Fathoni. M.Si., GRCE itu untuk memecah Rekor MURI minum kopi serentak terbanyak di pinggir sungai.
Jadi Insya Allah nanti direncanakan tanggal 13 Juli 2024 dan akan live di liput oleh stasiun televisi, di mana kabupaten/kota masing-masing seribu peserta, di Benteng Kuto Besak (BKB) 10 ribu peserta, ya mungkin ini ya Rekor pertama, karena kita bukan yang terbanyaknya minum kopi, tapi di pinggir sungainya.
“Di mana itu sudah diukur sama Rekor MURI yang mana rencananya pada tanggal 13 Juli 2024 di BKB, Persiapannya sendiri sudah rampung sebesar 60 persen, jadi nanti akan dimeriahkan oleh Wali Band, Wika Salim, dan ada 15 artis yang meramaikan ini,” ujarnya.
Kemudian, nanti juga Penjabat Gubernur Sumsel akan mendapat penghargaan, dari stasiun televisi juga, dan dari KADIN Sumsel, sedangkan pelaksanaannya sendiri dilaksanakan 1 hari Rekor MURI. Jadi minum kopi serentak itu semuanya dipinggir sungai semuanya dari Se Sumsel, kan untuk Sumsel sendiri banyak sungai.
Terkait adanya kenaikan harga kopi itu ya bagus kalau harga kopi naik, berarti kan petani harusnya meningkat, yang menjadi khawatir kita ini kan banyaknya ijon-ijon ini, tengkulak-tengkulak ini, ya petani itu kan di beli dari harga pada saat dia pinjam duit, jadi pada saat harga naik, dia tidak dapat harga naik, tapi secara ekonomi ya baguslah.
“Jadi memang yang menjadi masalah ini kan memang broker, pedagang kopi itu di kuasai oleh provinsi tetangga, makanya kita pada waktu itu Penjabat Gubernur Sumsel Dr Drs H A Fathoni, M.Si., GRCE ya itu mendeklarasikan Kopi Sumsel,” ungkapnya.
Dilanjutkannya, biar nanti transaksi perdagangan kopi itu dari Sumsel itu yang mungkin akan kita usahakan dan sesegera mungkin itu akan di patenkan sebagai Kopi Sumsel, jadi brandnya kopi Semendo, walaupun nanti kopi semendo, kopi apa, kopi apa itu by Kopi Sumsel semuanya. Jadi kan kopi ini kan terdiri dari beberapa bermacam-macam kategori atau jenisnya, jatinya bagi perekonomian kan bagus, pihak petani-petani ini ada dampak ekonominya juga.
Di mana yang menjadi masalah harusnya nilai ekspornya, kalau nilai ekspornya naik juga PAD kita kan bisa naik kalau semuanya keluarnya dari Sumsel. Di mana yang menjadi problem ini kan masalah mata rantainya distribusinya, kita masih lewat dari Lampung, ada sebagian lewat Jawa, itu yang akan kita cegah untuk inisiasi ini, untuk meningkatkan PAD pada prinsipnya.
“Dalam waktu dekat Penjabat Gubernur Sumsel akan mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub), itu sekarang lagi di godok, jadi kalau Pergubnya sudah selesai nanti masing-masing Bupati/Walikota di kabupaten/kota dia bisa mengontrol itulah Pergub nantinya,” katanya.
Masih dilanjutkannya, kopi ini kan permintaannya banyak, tapi kalau di lapangan tidak ada barangnya makanya itu yang meningkat harga kopi, jadi di KADIN itu sangat banyak dari negara luar meminta kopi tetapi di lapangan tidak ada, padahal kita penghasil kopi juga. Sekarang kan barangnya di Sumsel, barangnya keluar dari sana, salah satunya adalah provinsinya tetangga, dan jenis kopi yang paling banyak adalah Robusta dan itu masih dominan.
Sedangkan untuk peserta yang ikut nanti adalah masyarakat kota Palembang dan juga dari 17 kabupaten/kota di Sumsel, serentak nanti mungkin kick off nya nanti mulai dari Penjabat Gubernur Sumsel.
“Jadi untuk kopinya sendiri adalah dari para petani-petani kopi kita, di mana ada sekitar 50 sampai 100 tenan yang sudah disiapkan, jadi itu dari para petani. Sedangkan untuk kesejahteraannya sendiri harusnya meningkat, sebenarnya untuk harganya sendiri fluktuatif,” ucapnya.
Begitu juga disampaikan Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Sumsel Henny Yulianti, SIP., M.M, kalau jumlah ekspor kopi di Sumsel itu seperti apa yang disampaikan oleh KADIN Sumsel tadi, untuk kopi itu kita sedang menggodok di Pergub untuk Kopi Sumsel itu sendiri. Karena Kopi Sumsel ini sekarang posisinya larinya ke provinsi tetangga, kenapa demikian karena distribusinya lebih murah kalau berangkat dari sana.
Karena di kita kan pelabuhan itu kan dangkal, kalau mau angkut itu dua kali kapal itu masalah, itulah kalau bisa seperti Pelabuhan Tanjung Si Api-api dan Tanjung Carat itu bisa dipercepat, kita bisa mengangkat ekspor kopi salah satunya.
“Memang sudah ke provinsi tetangga untuk kopinya, selain tidak ada Pergub, di mana petani-petani kopi ini kan sudah ada kalau didaerah itu istilah ada pengijon atau tengkulak, mereka kan sudah kasih modal dahulu ke mereka, sebenarnya naik atau tidaknya harga kopi di petaninya sendiri tidak ada pengaruh karena pengijon tetap bayar kopi tersebut pada saat mereka pinjam uang itu,” imbuhnya.(Anton)