Palembang. Berita Suara Rakyat. Com
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Selatan (Sumsel) dalam hal ini Penjabat Gubernur Sumsel Elen Setiadi, S.H., MSE dengan didampingi Asisten II Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Sumsel Ir Basyaruddin Akhmad, M.Sc dan juga bersama Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Sumsel Ir H Herwan, M.M menerima audiensi jajaran dari Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII beserta jajaran dalam rangka Silaturahmi dengan Pemprov Sumsel yang dipusatkan di Ruang Tamu Kantor Gubernur Sumsel, Rabu (3/7/2024).
Dikatakan Kepala BBWSS VIII Feriyanto Pawenrusi, S.T., M.T dengan didampingi lainnya mengatakan, Sungai Musi sendiri sangat besar, mempengaruhi sangat besar ke terhadap provinsi Sumsel hampir kira-kira 80 persenlah. Kalau Sungai Musinya sendiri masih bisa penanganannya sudah bisa kita atasi, tapi anak-anak Sungai Musi banyak ada 9 lebih yang tercatat yang berpengaruh besar.
Di mana yang paling banyak itu yang paling banyak bereaksi itu kayak Lematang, Sungai Lematang, jadi kemarin di Lahat, Muara Enim, Sungai Rawas di Musi Rawas Utara (MURATARA), dan Batang Hari Leko itu semua.
“Kalau Sungai Musi sebenarnya bisa kita tata, tetapi anak sungainya, sekarang Balai itu sudah ada beberapa bagian yang kita sudah kita lakukan studi,” ujarnya.
Kemudian, untuk studinya sendiri dan intertagesifikasi dan design , jadi kita akan melakukan sebagian itu nanti setelah ujinya kita akan lihat hasilnya seperti apa, tahun ini kita sudah studi secara bertahap. Ada banyak, jadi kalau penanganan sungai itu ada banyak, bisa mengandung pengendali bangunan struktural misalnya kita bangun sapudave, check dam, bisa juga kita tanggul penahan, kita buat talut dan sebagainya, nanti hasil studinya kita lihat.
Penanganan banjir itu nanti kita lihat hasil studinya, kita bisa mengenal struktural, misalnya kita bangun bangunan-bangunan pengendali, karena banjir itu tidak berdiri sendiri, dia kadang-kadang sendimennya, karena sendimennya banyak, akhirnya meluber ke mana-mana.
“Jadi bisa penanganan sendimennya, bisa penanganan banjirnya, erosinya dan lain sebagainya. Kalau air sungai kering karena musim mungkin ya, karena tidak ada sumbernya,” ungkapnya.
Dilanjutkannya, tapi jarang sih sungai di Sumsel kering, semua banyak cuma harus dikendalikan, karena kalau musim hujan, curah hujan ekstrem ya pasti dia akan naik airnya. Sebagian sudah kita ditangani ada sebagian, dan sebagian memang masih dalam lingkungan studi, termasuk penanganan banjir di kota Palembang juga kita masih studi di tahun ini.
Kalau sungai sih sebenarnya menurut saya tidak pernah kering, tapi base flow nya itu ada berada di bawah, jadi dia tertutup sendimentasi tapi base flow nya pasti ada, jadi dia kelihatan kering karena tertutup sendimen.
“Kalau pasang surut tidak terpengaruh sungai sebenarnya, jadi pasang surut itu terpengaruh terhadap sungai-sungai induk yakni Sungai Musi, terpengaruh sangat besar,” katanya.
Masih dilanjutkannya, tapi menurut saya tidak kering, Cuma base flownya atau aliran dasarnya itu ada di bawah, harusnya ada pemeliharaan. Kalau kolam retensi, dan segala macam itu sebagian kita berkolaborasi dengan pemerintah kota/kabupaten, tapi untuk anak sungai sampai ordo tiga mungkin tidak, tapi kita sampai ke Ordo dua.
Untuk anggarannya sendiri untuk 9 daerah tadi untuk pengendalian, sebenarnya tidak besar, tapi saya tidak hafal persisnya, tetapi adalah, tapi tidak sebesar, yang penting kita bisa kendalikan didaerah-daerah tertentu saja.
“Himbauan kepada masyarakat yang pertama adalah masyarakat kalau terkait dengan sungai, mari kita jaga sungai itu milik kita, air sumber kehidupan, kalau kita tidak jaga, ya nanti sungainya kalau orang tidak di jaga ya nanti sungainya akan bisa menghilang, jadi kotor, dan menjadi tidak bagus, jadi di jaga sungainya,” ucapnya.(Anton)











