Palembang. Berita Suara Rakyat. Com
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pertama-tama, kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala. dengan rahmat dan ridha-Nya, kita dapat berkumpul pada hari ini.
Buku ini bukan sekadar kumpulan kata, bukan sekadar catatan biografi biasa. Buku ini adalah saksi perjalanan panjang saya yang telah melewati berbagai fase kehidupan—dari seorang penjual kopi, menjadi wartawan yang memperjuangkan kebenaran, beralih menjadi pengacara yang membela keadilan, hingga menjabat sebagai pimpinan DPRD dan anggota DPRD Provinsi Sumatera Selatan.
Perjalanan ini tidak selalu lurus. Banyak jalan yang menanjak. Banyak tikungan tajam yang hampir membuat saya terhenti. Tapi satu hal yang selalu saya jaga: “keyakinan bahwa niat baik tidak akan pernah sia-sia”
Di dalam buku ini, saya tidak hanya menuliskan catatan sejarah hidup saya, tapi juga perasaan, luka, tawa, dan pelajaran-pelajaran penting yang saya petik selama perjalanan. Saya menulis untuk terutama anak-anak muda, dari keluarga kecil seperti saya dulu— untuk percaya bahwa hidup bisa berubah. Bahwa tidak ada yang mustahil kalau kita berusaha, berdoa, dan tidak melupakan siapa kita sebenarnya.
Dalam hidup saya, ada dua hal yang menjadi pegangan utama: zikir dan sedekah. Saya adalah saksi bahwa keduanya bukan hanya amalan spiritual, tapi juga obat yang menyelamatkan jiwa. Saya pernah terbaring lemah, menghadapi penyakit jantung dan menjalani proses cangkok ginjal yang panjang dan penuh risiko. Dalam kondisi seperti itu, saya sadar: manusia itu tidak punya daya apa-apa tanpa pertolongan Allah. Dan dalam kesendirian dan kesakitan itu, saya menemukan kekuatan dalam mengingat-Nya (zikir) dan berbagi kepada sesama (sedekah).
Saya juga menyadari satu hal yang sangat penting dalam hidup: bahwa kita tidak pernah berjalan sendirian. Setiap keberhasilan saya, setiap pencapaian yang mungkin terlihat besar di mata orang, sesungguhnya tidak mungkin terjadi tanpa kehadiran dan dukungan teman-teman seperjuangan, sahabat sejati, keluarga, dan orang-orang yang pernah berbuat baik kepada saya. Maka saya katakan dengan tegas:
Teman seperjuangan harus diingat. Tidak boleh dilupakan. Mereka adalah bagian dari sejarah hidup kita, dari langkah kita.
Dan kepada rekan-rekan di dunia politik, saya ingin menyampaikan pesan bahwasanya Jangan pernah mencampuradukkan politik dengan kepentingan pribadi.
Politik adalah alat perjuangan, bukan alat dagang. Politik adalah ladang pengabdian, bukan panggung kekuasaan. Jabatan adalah titipan yang akan ditanya di akhirat kelak. Mari kita jaga martabat politik, kita bersihkan niat, dan kita luruskan arah: agar setiap keputusan yang kita buat benar-benar berpihak pada rakyat, bukan pada dompet dan kelompok kita sendiri.
Hadirin yang saya hormati,
Buku ini adalah warisan kecil yang saya berikan untuk generasi yang akan datang. Semoga buku ini dapat menjadi pengingat bahwa keberhasilan tidak datang dengan mudah, dan bahwa kemuliaan hidup bukan diukur dari jabatan atau harta, tapi dari seberapa besar manfaat yang bisa kita berikan untuk orang lain.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penulisan dan penerbitan buku ini. Kepada editor, penerbit, tim penyusun, dan semua sahabat yang memberi dukungan moral dan spiritual. Terima kasih juga kepada keluarga saya—yang tidak pernah berhenti mendoakan, yang menjadi alasan saya untuk terus bertahan dan berkarya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Terima kasih.
(Yanti/rilis)