OKI. Berita Suara Rakyat. Com
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Republik Indonesia (RI) Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc dengan didampingi Penjabat Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Dr Drs H A Fathoni, M.Si melakukan kunjungan kerja ke Kantor DAOPS Manggala Agni OKI, Kelurahan Kutaraya, Kecamatan Kayu Agung, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), dan peninjauan Lokasi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutlah) bersama dengan Tim Manggala Agni di Desa Jungkal Kecamatan Pampangan Kabupaten OKI, Minggu (12/11/2023).
Turut hadir didalam kunjungan kerja Menteri LHK RI yakni Pelaksana Tugas Bupati OKI H M Dja’far Shodiq, Asisten I bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Sekretariat Daerah (Setda) provinsi Sumsel Drs H Edward Candra, M.H, Kepala Dinas Kehutanan dan Panji Tjahjanto, S.Hut, M.Si. Perwakilan Dari Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Provinsi Sumsel, Perwakilan dari Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Sumsel, Perwakilan dari Satuan Polisi Pamong Praja Sumsel, dan para pendamping lainnya.
Dikatakan Menteri LHK RI Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc, di mana kegiatannya itu kan merambat di bawahnya, kalau gambut itu kan terbakarnya di atas, bawahnya juga terbakar dan menjalarnya di bawah.
Kalau dia ada lubang sedikit atau ada unsur oksigen muncul apinya ini yang terjadi seperti itu. tapi berbahayanya kalau kebakaran Sumsel, dan kenapa selalu kita jaga, itu begitu asapnya banyak serta pekat dan terbawa angin masuknya ke Singapura.
“Jadi memang kita ngejagainnya seluruh provinsi, dan ini perkiraan saya di mana sekarang sudah tanggal 12 November, biasanya sih tanggal-tanggal 4 November itu sudah selesai,” ujarnya.
Kemudian, daripada itu saya memperkirakan bersama Dirjen, mari kita lihat yuk provinsi Sumsel mudah-mudahan ini yang terakhir, serta spot terakhir yang kita periksa, di mana kemarin kita sudah periksa untuk provinsi lain.
Jadi Sumsel ini kan memang wilayah gambutnya luas, dan ini casenya, ada kasusnya yang unik, ini kan yang kebakaran ini kan wilayahnya konsensasi yang pernah terbakar, dan sedang terkena sanksi, dan kemudian dia juga pailit dan sedang berproses.
“Terhadap kasus yang seperti ini harus kita dalami, bagaimana menangani transisi pailit itu, karena kan arealnya tidak bisa dibiarkan, kalau dia terbakar, maka yang terkena adalah masyarakat,” ungkapnya.
Dilanjutkannya, bukan hanya kasus di sini sebenarnya sudah ada 4 atau 5 pon yang kita pelajari di bagian akhir di provinsi Sumsel ini, ini tadi sudah kita bicarakan di dalam rapat didaerah bahkan di Jakarta juga kita didiskusikan.
Bahwa ada persoalan, apa sih sebetulnya yang harus ditangani, kita tidak cukup hanya ada api kemudian dipadamkan terus selesai itu tidak bisa, dan ini kelihatannya harus diteruskan observasinya dan penanganannya.
“Termasuk habis ini kalau sudah musim hujan, ini harus dilihat lagi, apa yang terjadi sebetulnya, apakah ini sebuah perilaku, apakah betul-betul alam, atau bagaimana, atau ada design dan bagaimana lalu pemerintah memanagenya dan mengendalikannya,” katanya.
Masih dilanjutkannya, jadi dari aspek tata kelola lahannya bagaimana, kita sebetulnya ada tiga pendekatan yang diperintahkan oleh Presiden RI untuk pencegahan permanen, di antaranya pendekatan pengendalian cuaca.
Jadi kita cek hot spot, kita cek control coloum gel, dan kita kontrol juga awan-awannya, apakah bisa dimodifikasi cuaca, sehingga jangan sampai keburu terbakar gambutnya, lebih baik basah saja. Kalau perlu pada kondisi yang mulai kritis, yakni hot spot naik kita perlu lakukan hujan buatan itu polanya.
“Bisa juga patrolinya harus terus-terusan, seperti begini, ada asap-asap yang tiba-tiba keluar dari semak-semak, kalau di patroli dari udara itu sebetulnya sudah bisa kelihatan. Dengan sistem monitoring tadi sebenarnya kelihatan, di dalam sistem monitoring itu kita punya instrumen lain yang disebut Indeks Standar Pencemar Udara,” ucapnya.
Menurut Penjabat Gubernur Sumsel Dr Drs H A Fathoni, M.Si, jadi kita bersyukur hari ini Menteri LHK RI hadir di Sumsel memberikan arahan, di mana tadi dijelaskan secara teknis, dan kita juga melakukan evaluasi bagaimana penanganan karhutlah ini bisa ditangani secara komprehensif.
“Memang harus terpadu, semuanya bergerak, kemudian juga harus berkesinambungan, bukan hanya mengatasi kebakarannya saja, tetapi bagaimana menyiapkan mengantisipasi terjadinya kebakaran yang akan datang,” imbuhnya.
Masih disampaikannya, tadi yang akan disiapkan nanti akan didokumentasikan penanganan-penanganannya seperti apa, sehingga generasi penerus kita ini sudah pernah mengetahui bahwa dahulu pernah ada penanganannya seperti ini.
“Di mana itulah yang sudah dilakukan provinsi Sumsel, seluruh Forkompimda kita sudah terus maraton dengan Bupati/Walikota, swastanya juga demikian, dan masyarakatnya juga sudah sama-sama bergerak, dan kita bersyukur sudah membaik,” bebernya. (Anton)